Untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana yang inklusif di tingkat desa, ASB South and South-East Asia (ASB S-SEA) menyelenggarakan kegiatan “Evaluasi Bersama Protokol AMPD Desa” sebagai penutup dari pelaksanaan Program PASTI II di Grand Elty Krakatoa, Kalianda, Lampung Selatan. Program ini merupakan bagian dari komitmen jangka panjang ASB-SSEA dalam mempromosikan respons kemanusiaan yang inklusif, pengurangan risiko bencana, serta pembangunan sosial-ekonomi berbasis masyarakat. Program PASTI II, yang didukung oleh Aktion Deutschland Hilft (ADH), telah dilaksanakan sejak Agustus 2024 hingga Juni 2025 di dua desa di Kecamatan Sidomulyo, yaitu Desa Talang Baru dan Desa Sukabanjar.

Dihadiri Berbagai Pemangku Kepentingan Strategis

Kegiatan evaluasi ini dihadiri oleh berbagai pihak kunci di tingkat lokal, regional, hingga nasional, antara lain: Balai Pemerintahan Desa Kemendagri di Lampung, BPBD Provinsi Lampung dan BPBD Kabupaten Lampung Selatan, Sekretaris Daerah Kabupaten Lampung Selatan, Bappeda Kabupaten Lampung Selatan, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD)Dinas Sosial, Dinas Kesehatan, serta Dinas Kominfo Kabupaten Lampung Selatan, Kepala Bagian Kerjasama Sekretariat Daerah, Kantor Kecamatan Sidomulyo, Kepala Desa Talang Baru dan Sukabanjar, serta Destana (Desa Tangguh Bencana) dari kedua desa, Kepala Desa dari wilayah-wilayah berisiko banjir lainnya di Lampung Selatan, Ketua Destana dari empat desa rawan banjir, Organisasi masyarakat sipil seperti Paluma Nusantara dan tim fasilitator dari ASB-SSEA.

Kehadiran berbagai lembaga tersebut menunjukkan keseriusan dan keterlibatan multipihak dalam mendukung penguatan kapasitas kesiapsiagaan bencana yang berbasis inklusi di tingkat akar rumput.

Menjadi Ruang Evaluasi, Diseminasi, dan Komitmen Lanjutan

Acara ini bertujuan untuk melaporkan proses dan capaian kegiatan penyusunan Protokol AMPD Desa (Aksi Merespon Peringatan Dini), menyampaikan dan mendiskusikan praktik-praktik baik yang telah diterapkan, melakukan evaluasi partisipatif bersama para pemangku kepentingan, sekaligus merumuskan rencana tindak lanjut lintas sektor yang dapat memastikan keberlanjutan upaya ini di masa depan.

Sesi-sesi diskusi dalam kegiatan ini juga dimanfaatkan sebagai sarana berbagi pengalaman, tantangan, serta pembelajaran dari proses implementasi program di dua desa sasaran. Beberapa poin penting yang mengemuka antara lain pentingnya harmonisasi sistem peringatan dini dengan protokol desa, keterlibatan penyandang disabilitas sejak perencanaan hingga simulasi, dan kebutuhan penguatan kelembagaan lokal untuk menjamin keberlanjutan.

Capaian Utama dan Harapan Ke Depan

Melalui pendekatan partisipatif dan inklusif, program ini telah menghasilkan beberapa capaian utama, di antaranya: penyusunan Protokol AMPD di dua desa yang telah teruji dan disesuaikan dengan kondisi lokal, pelatihan dan simulasi tanggap darurat inklusif bagi Destana dan masyarakat, peningkatan kapasitas kelembagaan desa dan OPDis dalam mengintegrasikan isu disabilitas ke dalam manajemen risiko bencana.

Dalam sambutannya, perwakilan ASB S-SEA menyampaikan bahwa keterlibatan aktif pemerintah daerah dan organisasi penyandang disabilitas menjadi kunci keberhasilan program. “Kami percaya bahwa ketangguhan masyarakat akan semakin kuat jika semua lapisan, termasuk penyandang disabilitas, turut terlibat sejak awal. Ke depan, kami berharap praktik baik ini dapat diadopsi dan direplikasi lebih luas oleh daerah lain di Provinsi Lampung maupun nasional.” ASB S-SEA menegaskan komitmennya untuk terus mendampingi proses advokasi kebijakan dan penguatan kapasitas, agar integrasi prinsip-prinsip inklusi dalam pengurangan risiko bencana tidak berhenti pada proyek, tetapi menjadi bagian dari sistem yang berkelanjutan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *