#Cerita Canti 7

Buta akan tanggap bencana”, itulah yang dirasakan Rifa’i warga Desa Canti Kecamatan Rajabasa Kabupaten Lampung Selatan Provinsi Lampung. Bang Pai, panggilan akrab Rifa’i menjelaskan meskipun sudah lama tinggal di Desa Canti bersama istri dan dua orang anaknya, pengetahuan tentang pengurangan resiko bencana masih sangat terbatas.

Tsunami tahun 2018 menyisakan kenangan pahit bagi Bang Pa’i. Ia menyaksikan langsung bagaimana tsunami menghantam desanya. Pengetahuan yang terbatas dan infrastruktur yang belum memadai membuat proses penyelamatan diri menjadi kurang efektif.

“Kejadian 2018 jam 10 malam saya menyaksikan tsunami langsung, warga kalang kabut karena belum ada rambu evakuasi, banyak warga yang belum tahu cara menyelamatkan diri dari bencana” ucap Bang Pai.

Anggapan Mengenai Masalah Bencana yang Sempit

Bang Pa’i mengatakan bahwa ia memiliki kendala dalam memberikan informasi tentang himbauan mengenai pengurangan resiko bencana meskipun ia adalah seorang wakil ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Canti.

Kendala tersebut karena banyak warga Desa Canti yang beranggapan bahwa masalah kebencanaan bukan ranah BPD. Bang Pa’i.

“Sebelumnya untuk mengumumkan di masjid saya belum berani. Saya pernah mengumumkan soal himbauan agar waspada karena musim hujan. Saya ditegur oleh tokoh masyarakat karena dianggap bukan wewenangnya” ucap Bang Pa’i.

Keterlibatan Dalam Program Mengubah Cara Pandang Mengenai Bencana.

Kehadiran Program SPRINT mengubah cara Bang Pa’i dalam memandang bencana. Program SPRINT dalam hal pengurangan resiko bencana banyak memberikan pengetahuan baru bagi Bang Pa’i tentang pengurangan resiko bencana, termasuk pengetahuan bahwa bencana adalah urusan bersama.

“Bersyukur banget saya bisa terlibat di program (SPRINT) ini, banyak ilmu yang saya dapat mulai dari pra bencana, saat bencana sampai pasca bencana. Dan yang paling penting sekarang menjadi jelas bahwa bencana itu bukan urusan satu atau dua lembaga, melainkan uruan bersama” ucap Bang Pa’i.

Meningkatkan Ketangguhan Keluarga

Bang Pa’i menyadari bahwa meningkatnya pengetahuan akan berpengaruh terhadap peluang keselamatan ketika menghadapi bencana.

“Saya juga mengajarkan ke istri dan anak-anak ilmu yang saya dapatkan di program. Kadang pas saya lagi menjelaskan anak-anak saya misalnya pas lagi nerangin prosedur keselamatan diri dari gempa, kalau kita lagi di dalam rumah jangan lari, tapi berlutut, melindungi kepala sampe gempa berhenti. Tapi anak-anak bilang yah kalo ngga keluar nanti rumahnya roboh gimana. Saya jawab kita berlindung dibawah meja yang kuat, baru keluar setelah gempa bumi berhenti” ucap Bang Pa’i menjelaskan.

Meningkatkan Rasa Percaya Diri

Bang Pa’i juga terlibat dalam kegiatan Konferensi Nasional Pengelolaan Resiko Bencana Berbasis Komunitas XVI tahun 2024 di Banda Aceh. Melalui kegiatan tersebut bang Pa’I belajar mengenai pengorganisasian dalam pengurangan resiko bencana yang berbasis komunitas. Kegiatan tersebut juga menjadi momentum bagi Bang Pa’i untuk berjejaring dalam kegiatan pengurangan resiko bencana. Menjadi Ketua FPRB meningkatkan pengetahuan dan kapasitas Bang Pa’i. Ia mengaku rasa percaya dirinya meningkat karena merasa memiliki wewenang lebih besar dalam pengurangan resiko bencana. Sekarang ia sudah tidak merasa takut lagi ketika memberikan pengumuman di fasilita mum mengenai pengurangan resiko bencana.

“Sejak diamanahi jadi ketua, saya udah nggak takut lagi kalo mau ngomong soal kebencanaan” ucap Bang Pa’i. Perjalanan Bang Pa’i dalam menumbuhkan rasa percaya diri melalui Program SPRINT.

Rifa’i, initially lacked knowledge about disaster management. The 2018 tsunami opened his eyes to the importance of disaster education. As deputy chairman of the Village Consultative Body (BPD), he faced resistance, as many believed disaster management wasn’t their responsibility. The SPRINT Program changed his perspective: disasters are a shared responsibility. He shared this knowledge with his family, increasing their resilience. His involvement in the National Conference and role as Chairman of the Disaster Risk Reduction Forum (FPRB) boosted his confidence. Now, he actively advocates for disaster preparedness.Lessons From This Story :1) Disaster Education is Crucial: Knowledge saves lives and builds resilience. 2) Shared Responsibility: Disaster management is everyone’s duty, 3) Role of Local Leaders: Leaders can drive change by spreading knowledge. 4) Confidence Building: Training and involvement enhance skills and self-confidence

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *